Keenam : Al-Ustadz mempermasalahkan syaikh Ali Hasan Al-Halabi yang diundang oleh Rodja untuk memberikan kajian di masjid Al-Istiqlal.
Saya juga tidak tahu mengapa al-Ustadz Dzulqornain begitu benci terhadap Syaikh Ali Hasan, bahkan sangat merendahkan beliau dengan kata-kata yang sangat kasar. Diantara perkataan al-Ustadz Dzulqornain tentang Syaikh Ali Hasan dalam surat ini :
فبلبل أفكار الدعاة بدائه في مسألة الإيمان
“Maka Ali Hasan mengacaukan pemikiran para dai dengan “penyakitnya” tentang permasalahan iman”
Al-Ustadz Dzulqornain juga berkata :
فقد كان له أيام في بعض الدورات يدرس في كتابه المشتمل على التأصيلات الباطلة المسمى بـ “منهج السلف الصالح في ترجيح المصالح …
“Beberapa hari di sebagian dauroh Ali Hasan mengajarkan kitabnya yang mengandung “Ta’shilat-ta’shilat yang batil” yang berjudul Manhajus Salaf as-Sholeh fi Tarjiih Al-Mashoolih..”
Yang lebih parah al-Ustadz Dzulqornain dalam ceramahnya di hadapan umum (orang awam) berkata : “Saya kira apa yang ditulis oleh Syaikh Ali Hasan Al-Halabi, tidak ada ya dari karya-karya tulis pribadinya yang menjadikan rujukan khusus untuk para penuntut ilmu. Kalau dia benar manhajiahnya dalam menuntut ilmu, buku-buku ulama sudah cukup. Ada buku-buku salaf yang kadang dita’liq, ditahqiq, itupun tahqiqnya membuat hati tidak tenang membacanya. Coba antum baca tahqiq Syaikh Ali Hasan terhadap kitab Al-‘Ubudiyah, kaya orang main-main aja mentahqiqnya, ini dari hal yang banyak yang dijumpai“. Silahkan dengar di
adaApaDgRodja3/tidak_tenang_hati_membaca_kitab_tahkikan_syaikh_aly.mp3
Syaikh Ali Hasan salah dalam cara menuntut ilmunya tidak seperti Al-Ustadz Dzulqornain ??!!
Ustadz juga berkata dihadapan orang awam : “Hingga hari ini semakin banyak saja kerusakan-kerusakan (maksudnya kerusakan Ali Hasan-pen) yang muncul. Salah satunya adalah yang saya sebutkan di pembahasan qodariyah, itu dari bukunya yang lama. Ilmu Ushul bida’, diambil dari al-Imam Asy-Syaatibhi, dianggap itu ucapan ahlus sunnah padahal itu ucapannya kaum jabriyah. Dia tidak memiliki ta’shil yang kuat dalam pembahasan aqidah. Didalam ilmu hadits juga tidak. Kalau kita baca buku tahqiqannya yang lama-lama itu terlihat pembahasan rowi-rowi, ketawa penuntut ilmu yang baru membacanya. Ini mungkin dianggap besar ucapan saya oleh sebagian orang, tapi itu hakekatnya mau dibilang apa lagi”
Sedemikiankah rendahnya Syaikh Ali Hasan dihadapan ustadz Dzulqornain yang menanggap syaikh Ali Hasan tidak punya ilmu yang kuat dalam aqidah dan juga dalam ilmu hadits, tentunya tidak seperti ustadz Dzulqornain !!!?? Silahkan dengar di
adaApaDgRodja3/benarkah_Syaikh_Aly_membagi_iman_menjadi_dua.mp3
Saya (Firanda) juga tidak setuju dengan perkatan Syaikh Ali Hasan tentang iman, dan saya juga banyak menyelisihi beliau dalam perkara-perkara yang lain. Toh ulamapun tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan. Akan tetapi bukanlah cara yang tepat mengejek beliau di hadapan orang awam, dengan ejekan yang menunjukkan seakan-akan antum seorang yang sangat hebat. Kalau antum ingin membantah maka bantahlah dengan tulisan atau ceramah ilmiyah bukan dengan ejekan. Kalau ejekan saya rasa anak saya yang masih kecil juga tidak kalah hebat !!! Kalau antum mengejek, bukankah banyak para ulama kibar yang memuji Ali Hasan??, saya rasa antum tahu akan hal ini.
Sanggahan :
Pertama : Memang benar Al-Lajnah Ad-Daimah telah mentahdzir Syaikh Ali Hasan Al-Halabi karena kesalahannya dalam permasalahan iman, sehingga buku yang ditulis oleh Ali Hasan ditahdzir. Akan tetapi apakah Al-Lajnah mentahdzir dari seluruh ceramah beliau, dan menghukum beliau sebagai ahlul bid’ah??. Kalau kita perhatikan tahdziran Al-Lajnah maka hanya berkaitan dengan buku yang ditulis oleh Ali Hasan, bukan mentahdzir orangnya secara total. Al-Lajnah berkata :
لهذا فإن اللجنة الدائمة ترى أن هذين الكتابين لا يجوز طبعهما ولا نشرهما ولا تداولهما؛ لما فيهما من الباطل والتحريف، وننصح كاتبهما أن يتقي الله في نفسه وفي المسلمين، وبخاصة شبابهم، وأن يجتهد في تحصيل العلم الشرعي على أيدي العلماء الموثوق بعلمهم وحسن معتقدهم، وأن العلم أمانة لا يجوز نشره إلا على وفق الكتاب والسنة، وأن يقلع عن مثل هذه الآراء والمسلك المزري في تحريف كلام أهل العلم، ومعلوم أن الرجوع إلى الحق فضيلة وشرف للمسلم
“Karenanya Al-Lajnah Ad-Daaimah memandang bahwa kedua kitab ini (yaitu kitab At-Tahdziir min Fitnah At-Takfiir dan Soihat Nadziir karya Ali Al-Halabi-pen) tidak boleh dicetak, tidak boleh disebarkan dan dibaca karena ada kebatilan dan penyimpangan dalam kedua buku tersebut. Dan kami menasehati penulis kedua kitab ini (yaitu Ali Al-Halabi-pen) untuk bertakwa kepada Allah terhadap dirinya dan terhadap kaum muslimin, terutama para pemuda kaum muslimin. Dan hendaknya penulis berijtihad dalam belajar ilmu syar’i di tangan para ulama yang telah dipercaya ilmu mereka dan bagusnya aqidah mereka. Dan bahwasanya ilmu itu adalah amanah, tidak boleh disebarkan kecuali yang sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah. Dan hendaknya penulis (Ali Al-Halabi) meninggalkan seperti pemikiran-pemikiran ini dan jalan yang tercela dalam merubah perkataan ahlul ilmi. Dan tentunya sudah diketahui bahwasanya kembali kepada kebenaran adalah keutamaan dan kemuliaan bagi seorang muslim” (silahkan baca tahdziran Al-Lajnah Ad-Daaimah di http://www.alifta.net/fatawa/fatawaDetails.aspx?BookID=3&View=Page&PageNo=8&PageID=10901)
Mentahdzir kitab tidak melazimkan mentahdzir penulisnya. Contohnya tahdziran Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad terhadap sebuah buku Syaikh Sulaiman Al-Asyqor, ternyata tidak melazimkan untuk mentahdzir seluruh bukunya apalagi orangnya.
Syaikh Abdul Muhsin berkata :
وأوصي أن يحذر الشباب من الاشتغال بتتبع عثرات طلاب العلم وتتبع مواقع الانترنت التي تعنى بجمع عثراتهم والتحذير منهم بسببها , وقد أخطأ الشيخ محمد بن سليمان الأشقر خطأ فادحا في النيل من الصحابي أبي بكرة رضي الله عنه ومروياته , واهتمامه بمسألة ولاية المرأة , وفي كونها تشارك في تولية غيرها , ورددت عليه في رسالة بعنوان : ((الدفاع عن الصحابي أبي بكرة ومروياته , والاستدلال لمنع ولاية النساء على الرجال )) , وأنا أحذر من زلته الشنيعة , لا أحذر من كتاباته المفيدة , وفي رجال الصحيحين وغيرهما رواة وصفوا ببدعة قبلت رواياتهم مع تنبيه أهل العلم على تلك البدع للحذر منها.
“Dan aku berwasiat untuk mengingatkan para syabab (para pemuda) agar tidak sibuk mencari-cari kesalahan-kesalahan para penuntut ilmu, dan agar tidak mengikuti website-website yang ada di internet yang perhatiannya adalah mengumpulkan kesalahan-kesalahan mereka dan mentahdzir mereka karena kesalahan-kesalahan tersebut.
Syaikh Muhammad bin Sulaimaan Al-Asyqor telah jatuh dalam kesalahan dimana ia telah mencela seorang sahabat Abu Bakroh radhiallahu ‘anhu dan mencela riwayat-riwayat yang diriwayatkan oleh Abu Bakroh, dan juga perhatian syaikh Al-Asyqor terhadap kepemimpinan wanita dan keikutsertaan wanita dalam kepemimpinan (dalam pemerintahan-pen). Dan aku telah membantahnya dalam sebuah risalah yang berjudul “Pembelaan terhadal Abu Bakroh dan periwayatannya, dan dalil akan terlarangnya wanita yang memimpin para lelaki”. Dan aku telah mentahdzir kesalahannya yang parah ini, akan tetapi aku tidak mentahdzir buku-bukunya yang bermanfaat. Ada rawi-rawi dalam kitab shahih Al-Bukhari dan shahih Muslim dan selain mereka berdua yang rawi-rawi tersebut disifati dengan bid’ah akan tetapi riwayat-riwayat mereka diterima disertai peringatan para ulama terhadap bid’ah tersebut agar dihindari” (Muqoddimah kitab rifqon ahlas sunnah bi ahlis sunnah) (silahkan baca kembali https://firanda.com/index.php/artikel/manhaj/100-salah-kaprah-tentang-hajr-boikot-terhadap-ahlul-bidah-seri-5-contoh-nyata-khilaf-ijtahdiah-diantara-para-ulama-tentang-menghukumi-seseorang)
Kedua : Tahdziran dari Al-Lajnah Ad-Daaimah terhadap Ali Hasan al-Halabi menimbulkan polemik di sebagian ulama yang lain. Intinya sebagian mereka kurang setuju dengan tahdziran tersebut.
Adapun kitab Shoihat Nadzir yang ditahdzir oleh Al-Lajnah Ad-Daaimah ternyata di muqoddimah buku tersebut Ali Hasan Al-Halabi berkata :
“Sejumlah masyaikh kami dan saudara kami telah membaca/mentelaah kitabku ini sebelum penyebarannya. Yang pertama dari mereka adalah (1) Ustadz kami Asy-Syaikh Muhammad Naashiruddiin Al-Albaaniy, dan beliau mendoakanku – jazaahullaahu khairan – setelah membacanya : ‘semoga Allah menambahkan taufiq kepadamu’, (2) Ustadz kami Asy-Syaikh Muhammad Syaqrah, (3) Ustadz kami Asy-Syaikh Muhammad Ra’fat, (4) Al-Ustadz Asy-Syaikh Rabii’ bin Haadiy, (5) Al-Ustadz Muhammad ‘Umar Bazmuul, (6) Al-Akh Asy-Syaikh Masyhuur Hasan, (7) Al-Akh Asy-Syaikh Saliim Al-Hilaaliy, (8) Al-Akh Asy-Syaikh Muraad Syukriy, dan yang lainnya – baarakallaahu fiihim”. (Silahkan lihat http://abul-jauzaa.blogspot.com/2012/03/mengapa-hanya-mentahdzir-syaikh-aliy.html)
Ketiga : Sebab Syaikh Ali Hasan ditahdzir dan dituduh sebagai murjiah diantaranya karena pendapat beliau tentang amal adalah penyempurna keimanan dan bukan syarat sahnya iman (dan saya sendiri kurang setuju dengan pendapat ini). Akan tetapi ternyata pendapat Ali Hasan tentang iman mirip dengan pendapat Syaikh Robii’ tentang iman yang menjadikan amal hanya sebagai penyempurna??
Syaikh Robii’ berkata :
وأهل السنة يعتبرون العمل من الإيمان وفرع وكمال للإيمان ومن شجرة الإيمان
“Dan Ahlus Sunnah menganggap amal dari iman dan juga cabang serta penyempurna bagi iman dan termasuk dari pohon keimanan”
Syaikh Robii’ juga berkata :
إن الإيمان أصل والعمل كمال أو تمام أو فرع أو فروع
“Sesungguhnya iman adalah asal/pokok dan amal adalah penyempurna atau cabang”
(http://www.rabee.net/show_book.aspx?pid=3&bid=200&gid)
Berikut bantahan Syaikh Sholeh Al-Fauzan terhadap perkataan Syaikh Robii’ tersebut di (http://www.youtube.com/watch?v=RXMO7m2qgio). Lantas kenapa jika Ali Hasan ditinggalkan karena kesalahan dalam masalah iman, sedangkan Syaikh Robii’ dijadikan patokan dan marja’ dalam tahdzir-tahdziran??, kenapa Syaikh Robii’ juga tidak ditahdzir??
Apakah Syaikh Robi’ juga murji’ah wahai ustadz Dzulqornain??, bukankah antum berkata dalam ceramah antum dihadapan umum : “Apa benar pembagian iman menjadi dua, pokok iman yaitu pembenaran hati dan ucapan di lisan, sedangkan amalan hanya menjadi penyempurnaan iman sebagaimana yang didakwahkan oleh Syaikh Ali Hasan Al-Halabi. Ini ndak benar ya.., ini pemahaman murjiah, syaikh Ali Hasan sudah ditegur dalam hal ini….”
Seharusnya kita tidak menimbang dengan dua timbangan, dan bersikap adil…!!!
Keempat : Jika ada yang bersandingan dengan Ali Hasan apakah harus ditahdzir??. Apalagi yang memuji dan menyarankan untuk belajar ke Ali Hasan apakah otomatis jadi Mubtadi??
Lihatlah bagaimana sikap Syaikh Sa’ad Asy-Syatsri yang pernah menjadi anggota kibar ulama. Ternyata beliau berkali-kali meminta kepada saya untuk bisa bermajelis bersama syaikh Ali Hasan, dan juga bahkan makan siang bersama Syaikh Ali Hasan. Yang akhirnya beliaupun mengisi pengajian di para Ikhwan Surabaya bersama Syaikh Ali Hasan yang sekaligus sebagai pembuka acara, bahkan Syaikh Sa’ad Asy-Syatsri meminta Syaikh Ali Hasan untuk memberi komentar terhadap ceramah beliau !!!
Saya sendiri mendengar tatkala Syaikh Sa’ad Syatsri diminta oleh sebagian orang agar tidak ke Surabaya karena ada Ali Hasan, maka syaikh menjawab : “Ali Hasan adalah saudara kita, dari ahlus sunnah, meskipun ada perselisihan antara kami dengan dia akan tetapi kita akan memberi nasehat. Ahlul bid’ah yang tertawa melihat pertikaian kita”.
Bahkan Syaikh Sa’ad As-Syatsri menulis sebuah kitab tentang iman yang isinya membantah pemikiran Ali Hasan, akan tetapi ternyata beliau bisa berpelukan bahkan bermajelis dengan Ali Hasan Al-Halabi !!!
Apakah syaikh Sa’ad Asy-Syatsri harus ditahdzir??, ataukah otomatis menjadi Ahlul Bid’ah??. Atau jangan sampai ada yang berkata, “Mungkin Syaikh Sa’ad As-Syatsri tidak tahu siapa Ali Hasan??
Kelima : Demikian juga Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbaad hafizohulloh memuji dan memotivasi untuk belajar kepada Ali Hasan Al-Halabi. Syaikh Abdul Muhsin berkata :
وأوصي أيضا أن يستفيد طلاب العلم في كل بلد من المشتغلين بالعلم من أهل السنة في ذلك البلد , مثل تلاميذ الشيخ الألباني رحمه الله في الأردن , الذين أسسوا بعده مركزا باسمه , ومثل الشيخ محمد المغراوي في المغرب , والشيخ محمد علي فركوس والشيخ العيد شريفي في الجزائر , وغيرهم من أهل السنة , ومن النصح لأهل السنة أن من أخطأ منهم ينبه على خطئه ولا يتابع عليه , ولا يتبرأ منه بسبب ذلك , ويستفاد منه , لا سيما إذا لم يوجد من هو أولى منه في العلم والفضل
“Aku juga berwasiat kepada para penuntut ilmu di setiap negeri agar mengambil faedah (menuntut ilmu-pen) dari kalangan ahlus sunnah yang sibuk dengan ilmu di negeri tersebut. Seperti murid-murid Syaikh Al-Albaani rahimahullah di Yordania (diantaranya syaikh Ali Hasan-pen) yang dimana mereka telah mendirikan sebuah markaz setelah wafatnya syaikh Al-Albani dengan nama Syaikh Al-Albani, dan juga seperti syaikh Muhammad Al-Maghrowi di Magrib, syaikh Muhammad Ali Farkuus, Syaikh Al-‘Iid Syariify di Al-Jazaair, dan syaikh-syaikh lainnya dari kalangan Ahlus Sunnah.
Dan diantara nasehat kepada Ahlus Sunnah bahwasanya barang siapa yang salah diantara mereka maka diingatkan kesalahannya namun tidak dimutaaba’ah (diikuti dan dicari-cari terus kesalahannya-pen), dan tidaklah dilakukan baroo’ kepadanya karena hal tersebut, dan diambil faedah (ilmu-pen) darinya, terlebih lagi jika tidak ada yang lebih berilmu dan lebih utama darinya”(silahkan baca kembali https://firanda.com/index.php/artikel/manhaj/100-salah-kaprah-tentang-hajr-boikot-terhadap-ahlul-bidah-seri-5-contoh-nyata-khilaf-ijtahdiah-diantara-para-ulama-tentang-menghukumi-seseorang)
Terlalu sering saya melihat Syaikh Ali Hasan mengunjungi Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad, demikian juga mengunjungi Syaikh Abdurrazzaq hafizohumulloh.
Jika perkaranya demikian maka seharusnya bukan Radio Rodja yang ditahdzir atau dikatakan sururi, akan tetapi justru Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad dan Syaikh Sa’ad Asy-Syatsri yang lebih utama ditahdzir atau dikatakan mubtadi” !!!. Ataukah al-Ustadz Dzulqornain –dan teman-temannya- memaksa kami harus mengikuti pendapat Syaikh Robii’??!!
Keenam : Ngomong-ngomong sewaktu Ali Hasan menyampaikan materi pengajian di masjid Istiqlal, apakah isi materinya??, apakah berkaitan dengan kesalahan beliau, yaitu tentang iman?, atau mendukung pemikiran sururi?. Ataukah justru isi materinya adalah tentang manhaj salaf dan membantah takfiriyin??
Ali Hasan Al-Halabi mengisi kajian di masjid Istiqlal 3 kali, udul-judul materi yang disampaikan oleh Ali Hasan adalah sebagai berikut :
– Keindahan Islam (pada tahun 2004)
– Sikap Muslim dalam Menghadapi Fitnah (pada tahun 2012, yang inipun berisi bantahan terhadap Syi’ah)
– Terorisme dalam pandangan Islam (yaitu pada tahun 2008, yang judul ini tentu menunjukkan sikap tamayyuz yang dibangga-banggakan oleh ustadz Dzulqornain)
Ketujuh : Radio Rodja Ibarat Orang Fajir??
Al-Ustadz menyatakan yang lebih maslahat tidak melarang orang awam untuk mendengar Radio Rodja, karena Radio Rodja ibarat orang fajir tapi bermanfaat bagi kaum muslimin. Al-Ustadz berkata kepada Syaikh Sholeh Al-Fauzaan ((Adapun orang-orang awam bisa jadi menurut kami yang lebih baik bagi mereka adalah tidak melarang mereka dari mendengar/menonton Rodja, dalam rangka meminimalkan keburukan, dan termasuk dalam bab “Sesungguhnya Allah akan menolong agama ini dengan orang fajir”))
Sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan hadits ini ((“Sesungguhnya Allah akan menolong agama ini dengan orang fajir”)) adalah kisah yang masyhur tentang seseorang yang sangat hebat dalam berperang dan banyak membunuh musuh, lalu diakhir hayatnya iapun bunuh diri karena tidak kuasa menahan rasa sakit akibat luka yang dialaminya (HR Al-Bukhari 3062 dan Muslim no 111). Adapun orang fajir dalam hadits ini maka mencakup orang kafir dan juga orang fasik sebagaimana penjelasan Ibnu Hajar (lihat Fathul Baari 7/474)
Yaa…mau bagaimana lagi, inilah hakikat penilaian al-Ustadz tentang Radio Rodja, ibarat seorang yang fajir/fasiq. Padahal diantara yang mengisi di Radio Rodja adalah Syaikh Abdurrozaq, Syaikkh Sa’ad Asy-Syatsri, Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili, Syaikh Bin Baaz, Syaikh Utsaimin, Syaikh Fauzan, para ustadaz-ustadz….kesimpulannya semuanya ibarat “ORANG FAJIR”
Kedelapan : Benarkah tahdziran Al-Ustadz terhadap Radio Rodja mendatangkan kemanfaatan bagi masyarakat??
Diantara pernyataan Al-Ustadz Dzulqornain kepada Syaikh Sholeh Al-Fauzan adalah ((Meskipun kami mentahdzir mereka (orang-orang Rodja) akan tetapi pembicaraan kami hanyalah pada tempat-tempat yang sesuai di hadapan para penuntut ilmu. Adapun orang-orang awam bisa jadi menurut kami yang lebih baik bagi mereka adalah tidak melarang mereka dari mendengar/menonton Rodja, dalam rangka meminimalkan keburukan, dan termasuk dalam bab “Sesungguhnya Allah akan menolong agama ini dengan orang fajir”)). Al-Ustadz Dzulqornain juga berkata ((Penanya Firanda dan teman-temannya, bahkan orang-orang yang menyimpang dari kalangan ahlul bid’ah telah mengetahui bahwasanya kesibukan kami adalah mengajarkan kepada masyarakat Al-Qur’an dan Sunnah Nabi serta manhaj salaf. Dan aku tidaklah mentahdzir orang-orang Rodja kecuali di sedikit tempat tatkala dibutuhkan yaitu tatkala menjawab pertanyaan dan yang semisalnya. Alhamdulillah orang-orang (masyarakat) mendapatkan manfaat dari tahdziran tersebut))
Kesimpulan pernyataan Al-Ustadz Dzulqornain :
Pertama : Kesibukannya adalah mengajarkan al-Qur’an, As-Sunnah, dan Manhaj salaf, beliau hanya mentahdzir sesekali saja kalau menjawab pertanyaan dan semisalnya.
Kedua : Tahdziran beliau untuk para penuntut ilmu.
Ketiga : Tahdzirannya terhadap Radio Rodja bermanfaat bagi masyarakat !!
Tentunya ketiga pernyataan ini adalah perkara yang sangat menggembirakan. Akan tetapi jika kita melihat kenyataan yang ada…sungguh betapa banyak jama’ah pengajian yang mendapat hidayah dengan sebab Radio Rodja sekarang akhirnya membenci Radio Rodja…kenapa demikian??, setelah jama’ah tersebut mengikuti pengajian Al-Ustadz Dzulqornain dan kawan-kawannya !!!. Ini kenyataan yang saya temukan dan hadapi sendiri di Jakarta. Inikah yang disebut manfaat yang dibanggakan oleh Al-Ustadz Dzulqornain??
Manfaat yang lain adalah, tahdziran Al-Ustadz Dzulqornain tersebut dinukil dalam website-website Ahlul Bi’d’ah untuk menghantam Radio Rodja…., inikah manfaat yang dibanggakan oleh Al-Ustadz Dzulqornain??!!
Yang lebih aneh, Al-Ustadz Dzulqornain menyatakan bahwa tahdzirannya tersebut hanyalah dikalangan para penuntut ilmu, akan tetapi ternyata tersebar kepada orang awam !!!. Bukankah al-Ustadz telah menyatakan meskipun Radio Rodja/RodjaTV ibarat orang fajir namun tidak mengapa ditonton oleh orang awam??, lantas kok tahdziran beliau malah menyebabkan sebaliknya??!!.
Wahai al-Ustadz, bukankah seharusnya fatwa antum dibalik, Radio Rodja tidak boleh didengar oleh orang awam karena mereka tidak bisa membedakan mana ustadz sururi dan mana yang bukan??. Kalau para penuntut ilmu seharusnya malah tidak mengapa, karena bisa membedakan antara mana yang hak dan mana yang batil, bukankah demikian wahai ustadz??!!
Kemudian isi tahdziran Al-Ustadz Dzulqornain sangatlah mantap…, tahdziran secara mutlaq bahwa para ustadz rodja ada yang meyimpang dan ada yang tidak jelas !!!
Dan salah satu penyebab saya menulis artikel yang pertama (Ada apa dengan Radiorodja (https://firanda.com/index.php/artikel/manhaj/383-ada-apa-dengan-radiorodja-rodja-tv) adalah kabar yang saya terima dari sebuah keluarga di Sulawesi yang bertengkar karena sebagian anggota rumah melarang untuk menonton RodjaTV karena fatwa dari al-Ustadz Dzulqornain. Inikah manfaat yang dibanggakan oleh Al-Ustadz??
Kesembilan : Al-Ustadz berkata ((Beberapa pemateri di Radio dan TV Rodja memiliki hubungan dengan Yayasan As-Sofwah di Jakarta, dan ini adalah yayasan yang dikenal mendukung pemikiran Salman al-‘Audah, Muhammad Surur dan selain mereka berdua))
Saya rasa ini butuh penjelasan dari Al-Ustadz, karenanya kami ingin ketegasan dari Al-Ustadz Dzulqornain
– Siapakah “beberapa pemateri/ustadz Rodja” tersebut??
– Hubungan mu’amalah apakah yang terjadi antara mereka dengan Yayasan As-Sofwah??
– Hubungan tersebut hubungan lama yang telah terputus ataukah hubungan yang masih berlanjut??
Karenanya kami mohon kesediaan al-Ustadz Dzulqornain untuk memberi kejelasan agar bisa menjadi nasehat bagi para ustadz Rodja jika mereka memang bersalah…
Kesepuluh : Al-Ustadz menuduh bahwa Firanda marah kalau yayasan Ihyaa At-Turots ditahdzir !!
Al-Ustadz berkata ((Yang menyedihkan, kami melihat sejumlah orang-orang Radio dan TV Rodja sikap fanatisme yang batil dan tercela serta marah terhadap orang-orang yang mentahdzir dan berbicara dengan kebenaran tentang Yayasan Ihyaa At-Turoots Al-Kuwaitiyah. Diantara mereka adalah Penanya al-Akh Firanda, ia telah menulis sebuah buku yang dicetak yang ia dengan semangat dalam buku tersebut membela Yayasan Ihyaa’ At-Turoots Al-Kuwaitiyah))
Sebelumnya Al-Ustadz juga berkata ((Orang-orang Radiorodja dan Tv Rodja mengetahui dan bermu’amalah dengan seseorang yang disebut Abu Nidaa’, yaitu pengurus Ma’had Jamilurrahman –yaitu ma’had yang Penanya Akh Firanda keluaran ma’had tersebut))
Dengan dua pernyataan ini menggambarkan seakan-akan Firanda terpengaruh takfiri, dikarenakan (1) lulus dari pondok jamilurahman yang dimiliki oleh Ustadz Abu Nidaa’ gembongnya takfiri, dan (2) Marah kalau ada yang membantah Ihya At-Turoots yang membantu para takfiri !!!
Saya katakan…wahai ustadz, silahkan gambarkanlah semau antum tentang saya dihadapan Syaikh Sholeh Al-Fauzaan. Allah yang akan menghakimi antum pada hari kiamat kelak.
Adapun saya marah dengan fanatis yang batil dan tercela jika ada orang yang membantah Ihyaa At-Turoots, maka ini merupakan kedustaan wahai ustadz. Bahkan saya mempersilahkan antum dan para sahabat antum untuk membantah Yayasan Ihyaa At-Turoots dengan sepuas antum. Akan tetapi yang menjadikan saya tidak suka adalah menjadikan pembahasan At-Turots sebagai sarana untuk mentabdi’ para ustadz dan juga menyesatkan Radio Rodja. Karenanya coba al-Ustadz kembali membaca buku saya tersebut, semuanya terfokus pada sikap ahlus sunnah yang benar dalam menghadapi permasalahan khilafiyah diantara para ulama. Karenanya saya sering menyatakan bahwa bantahan yang ditulis oleh ustadz Askari adalah tidak nyambung, karena pembahasan saya bukanlah utamanya tertuju pada sesatnya yayasan Ihyaa At-Turoorts, akan tetapi apakah bermu’amalah dengan yayasan tersebut menjadikan seseorang otomatis menjadi sesat?? Sururi?? Hizbi?? Mubtadi’??. Itu yang saya bahas. Semoga Allah memberi taufiq kepada kita semua…
Penutup :
Pertama : Ternyata bagaimanapun Al-Ustadz Dzulqornain ternyata tidak semanhaj dengan Syaikh Sholeh Al-Fauzan dalam masalah tahdzir-tahdziran.
– Al-Ustadz Dzulqornain mentahdzir Yayasan Ihyaa At-Turoots, ternyata Syaikh Sholeh Fauzan justru mentazkiyah Yayasan tersebut (silahkan lihat http://www.turathkw.com/topics/current/index.php?cat_id=13).
– Al-Ustadz Dzulqornain melarang bermuamalah secara mutlak dengan Yayasan Ihyaa At-Turots. Adapun Syaikh Sholeh Al-Fauzan membolehkan bermu’amalah, bahkan beliau menjawab dengan jawaban yang lebih umum ((“Yang membantu kalian, ambillah bantuannya dan manfaatkan bantuan tersebut“)), bahkan Syaikh Sholeh Al-Fauzaan menyebutkan dalilnya dengan berkata ((Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerima hadiah-hadiah dari orang-orang kafir, beliau menerima dari Raja Muqouqis, beliau menerima hadiah. Yang membantu kalian, maka ambillah (bantuannya)))
Kedua : Syaikh Sholeh Al-Fauzan telah menasehati al-Ustadz Dzulqornain untuk tidak mencela para du’at dan juga tidak mencela yayasan-yayasan !!. Ini merupakan nasehat yang tentunya bukan hanya untuk beliau akan tetapi untuk kita semua, termasuk Ustadz Muhammad Umar As-Sewed, Ustadz Askari, Ustadz Luqman Baa’abduh, dan kawan-kawan sealiran mereka. Justru Al-Ustadz Dzulqornain jarang membicarakan masalah tahdzir tidak seperti teman-temannya yang lain. Jadi nasehat Syaikh Sholeh Al-Fauzan lebih tepat untuk mereka tersebut !!
Ketiga : Kita semua tahu kedudukan Syaikh Sholeh Al-Fauzan yang lebih tinggi daripada syaikh Robi’. Syaikh Sholeh Al-Fauzan adalah anggota kibar ulama, sementara syaikh Robi’ bukan. Syaikh Sholeh Al-Fauzan anggota Al-Lajnah Ad-Daaimiah sementara syaikh Robii’ bukan. Tentunya seseorang sangat mendapat udzur jika mengikuti pendapat dan nasehat Syaikh Sholeh Al-Fauzan dan meninggalkan Fatwa Syaikh Robi’ yang justru memotivasi untuk mentahdzir dan mentahdzir !!!.
Keempat : Saran agar para ustadz Rodja menulis pertanyaan yang berisi informasi yang sebenarnya tentang radiorodja dan juga pernyataan-penyataan Al-Ustadz Dzulqornain di atas, lalu ditujukan kepada Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad, Syaikh Sholeh Al-Fauzan, dan juga Al-Lajnah Ad-Daaimah. Semoga dimudahkan…
Bersambung…
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 29-11-1434 H / 5 Oktober 2013 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com